Krisis Palestina Ancam Singgasana Pemimpin Arab

https://www.business-standard.com/article/international/failing-peace-here-s-why-gaza-strip-is-almost-always-mired-in-conflict-121051500016_1.html

Agresi militer Yahudi ke Jalur Gaza sesungguhnya memberikan tekanan politik pada para penguasa Arab. Mereka melihat rakyat marah pada penguasa karena berdiam diri menyaksikan pembantaian rakyat Palestina. Ini menjadi tekanan pada para penguasa Arab yang khawatir terjadi Arab Springs jilid 2. Dimana Arab Springs jilid 1 menciptakan gejolak dan menjatuhkan sejumlah pemimpin Arab dan dunia Islam.

Karena itu para pemimpin Arab akan melakukan dua langkah; pertama, menekan Barat, khususnya Amerika Serikat dan Eropa untuk memaksa entitas Yahudi menghentikan agresi militernya, atau para penguasa Arab tidak bisa lagi menahan tekanan rakyatnya yang akan mengancam kepentingan Barat di negara-negara mereka. Di Yordania dan Mesir, misalnya, massa telah begitu marah menyerang kedubes Yahudi dan memaksa membuka gerbang Rafah agar bisa mengirimkan bantuan ke Gaza.

Barat kelihatannya juga akan memaksa Yahudi menghentikan serangan mereka atau melakukan gencatan senjata. Hal ini karena mereka tidak mau menanggung biaya perang yang terlalu besar, karena mereka juga sudah mengeluarkan banyak biaya dalam konflik Rusia-Ukraina. Selain itu Barat juga mengkhawatirkan tekanan rakyat pada antek-antek mereka di negara-negara Arab bisa menjatuhkan mereka dari kursi kekuasaan yang akan merugikan kepentingan Barat pula.

120 negara anggota PBB telah meminta adanya gencatan senjata, kecuali Amerika Serikat. Sementara sekutu AS dari Eropa yakni Inggris, Prancis dan Jerman menuntut gencatan senjata. Hal ini karena Biden ingin memuaskan konstituennya dari lobi-lobi Yahudi. Namun Biden juga mengalami tekanan di Senat dan rakyat Amerika Serikat, terutama dari para pemilih muslim dan warta keturunan Arab.

Di Michigan, warga AS keturunan Arab memiliki 5% suara. Di negara bagian lain yang menjadi medan pertempuran, Pennsylvania dan Ohio, angkanya antara 1,7% hingga 2%. Hal ini menjadi signifkan bagi dukungan untuk Biden yang memenangkan Michigan dengan 50,6% suara pada tahun 2020, dibandingkan dengan Trump yang memperoleh 47,8%. Ia juga memenangkan Pennsylvania dengan 50,01% dibandingkan dengan Trump yang memperoleh 48,84%, atau selisih 81.000 suara. Artinya, suara pemilih muslim dan warga keturunan Arab, apalagi sekarang semakin banyak warga AS yang turut mengecam kebijakan luar negeri AS terhadap Palestina, akan memberikan tekanan juga terhadap Biden.

Akhir bulan Oktober, Biden menyatakan akan menyerukan gencatan senjata jika Hamas membebaskan sandera. Dan hal ini sudah dilakukan oleh Hamas dengan membebaskan para tawanan. Kelihatannya, ini menjadi pilihan bagi Biden di hari-hari ke depan.

Bila ini dilakukan AS dan Eropa, berhasil memaksa Zionis Yahudi untuk menghentikan gencatan senjata, maka tahta para penguasa Arab akan aman. Mereka akan terus menjadi antek-antek Barat untuk menjalankan kepentingan mereka.

Kedua, para pemimpin Arab akan menekan Barat, terutama AS, dengan mengancam akan ikut terlibat dalam konflik dengan mendukung Palestina. Gertakan ini dilakukan agar AS menekan entitas Yahudi supaya maju ke meja gencatan senjata. Gertakan ini terutama dilakukan oleh para pemimpin Arab yang berkubu pada negara lain, seperti Yaman yang sudah lama menjadi sekutu Inggris. Cara ini dilakukan selain untuk mengamankan singgasana para penguasa Arab, juga untuk mempermalukan AS di pentas internasional. Inilah game of nations yang terjadi di Timur Tengah.

Para pemimpin Arab terbiasa memanipulasi rakyatnya dengan memanfaatkan isu krisis Palestina. Faktanya mereka tidak pernah bersungguh-sungguh menyelesaikan krisis itu apalagi mengusir zionis Yahudi. Perang Arab tahun 1948, 1956, 1967, dan 1973, berakhir kekalahan di kubu bangsa Arab karena pengkhianatan para pemimpin mereka. Para pemimpin Arab dengan licik menahan pasukan reguler mereka, dan mengirimkan pasukan relawan yang muhlis dengan kemampuan peran dan peralatan seadanya ke medan pertempuran melawan militer Yahudi.

Jadi, jangan harap para pemimpin Arab itu akan benar-benar terlibat secara militer membantu Palestina. Mereka bergerak atas dasar kepentingan syahwat penguasanya, dan para majikannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.