Bahaya Kapitalisme Di Pelupuk Mata

 

Foto oleh George Pak : https://www.pexels.com/id-id/foto/bendera-amerika-patriotik-prajurit-7985547/

Komunisme secara historis dan sejarah sudah dianggap sebagai ancaman negara. Namun mengapa kapitalisme tidak? Padahal dampak kerusakan yang ditimbulkan ideologi kapitalisme sudah terbukti sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Kita gagal memahami kerusakan kapitalisme?

 

Seperti menjadi ritual tahunan, setiap akhir bulan September dan awal Oktober rakyat Indonesia diingatkan sejarah kelam kejahatan ideologi komunisme. Awan kelam memang pernah menyelimuti negeri muslim ini di masa Orde Lama ketika ideologi kiri ini menjadi salah satu keyakinan rakyat Indonesia.

Komunisme secara diametral memang bertentangan dengan ajaran Islam. Mulai dari asas hingga aturan-aturannya. Paham materialisme yang jadi landasan kaum komunis bertentangan dengan akidah Islam. Sedangkan pengaturan tentang hak milik bertabrakan dengan syariat Islam dalam pengelolaan harta. Belum lagi cara-cara tidak manusiawi dalam memperlakukan masyarakat dan lawan politik seperti penyiksaan dan pembunuhan jelas diharamkan Islam.

Para penentang kekuasaan Stalin diteror, dikirim ke kam-kam kerja paksa yang disebut Gulag, atau dieksekusi oleh pemerintah Komunis Soviet. Dalam buku Gulag Archipelago yang ditulis oleh Alexander Solzhenitsyn, terdapat 66,7 juta korban kekejaman Stalin sepanjang 1917-1959.

Kaum muslimin di berbagai negeri yang pernah merasakan hidup dalam sistem sosialisme-komunisme juga bernasib pahit yang sama. Kekuasaan Partai Baats di Irak, ataupun rezim Hafedz Assad di Suriah menyisakan cerita mengerikan nasib kaum muslimin yang hidup di sana.

 

Ideologi Penjajah

Sayangnya kewaspadaan kaum muslimin terhadap kebangkitan bahaya laten komunisme, malah mengabaikan bahaya nyata kapitalisme. Padahal, komunisme di masa jayanya berhadapan vis a vis dengan ideologi kapitalisme. Ideologi kiri itu hadir untuk melawan apa yang disebut Marx sebagai ideologi kelas borjuis yang dipakai untuk mengeksploitasi kelas pekerja (proletar).

Secara faktual ideologi kapitalisme melahirkan penderitaan yang tak kalah mengerikan dari komunisme. Penjajahan kejam oleh negara-negara Barat seperti di Asia, Afrika dan Timur Tengah, dilakukan oleh negara-negara penganut ideologi kapitalisme. Mereka mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia negara jajahannya. Selain juga tidak segan menumpahkan darah penduduk asli yang menentangnya.

Kongo di Afrika misalnya, adalah contoh korban kekejaman negara kapitalis Belgia. Raja Leopold II mengirimkan pasukannya dan juga berbagai perusahaan untuk menguasai dan mengeruk habis-habisan kekayaan alam negeri itu. Mineral, karet, gading gajah digondol untuk memperkaya kerajaan Belgia dan keluarga para ningrat.

Sedangkan rakyat Kongo diperas tenaganya habis-habisan, disiksa, atau dibunuh. Raja Leopold II menerapkan hukum potong tangan untuk para petani yang gagal mencapai target panen. Itu dilakukan untuk memberi pelajaran bagi petani lain agar bekerja keras demi kekayaan Belgia.

Indonesia juga pernah alami nasib pahit di era penjajahan Portugis dan Belanda. Berapa juta rakyat Indonesia mati akibat kebiadaban penjajah Eropa. Baik di medan perang, penyiksaan, atau karena kerja paksa. Semua demi memperkaya Kerajaan Belanda. Namun sayangnya rakyat Indonesia seperti amnesia kalau penjajahan tersebut adalah bagian dari kejahatan ideologi kapitalisme.

Sampai hari ini kapitalisme bukan dianggap sebagai ajaran terlarang dan bertentangan dengan Pancasila. Di dalam KUHP terbaru tentang Tindak Pidana Pidana terhadap Keamanan Negara dalam pasal 188 ayat 1 disebutkan: Setiap Orang yang menyebarkan  dan  mengembangkan ajaran  komunisme / marxisme-leninisme  atau paham lain  yang bertentangan dengan  Pancasila. Secara eksplisit tidak disebutkan Kapitalisme sebagai ancaman bagi negara.

Padahal ideologi Kapitalisme sarat dengan paham yang membahayakan kehidupan bermasyarakat, mengandung unsur eksploitasi, dan membahayakan agama.

 

Apa Saja

Ciri ideologi kapitalisme secara umum adalah memberlakukan kebebasan individu, kebebasan kepemilikan, kebebasan berpendapat, dan kebebasan beragama. Bagian yang paling menonjol dari kapitalisme adalah liberalisasi/privatisasi sumber daya alam, persaingan ekonomi sempurna, peran negara yang minim dalam menjamin kehidupan rakyat, dan bercokolnya kekuasaan oligarki secara politik.

Kapitalisme adalah ideologi yang bertentangan dengan ajaran agama – terutama Islam — dan menyesengsarakan manusia. Pertama, kapitalisme memaksakan asas sekulerisme dalam kehidupan. Kaum muslimin seperti di Indonesia, dipaksa untuk tidak menjadikan agama sebagai aturan kehidupan. Agama hanya dijadikan ajaran peribadatan dan himbauan moral belaka.

Akibatnya tidak ada batasan halal haram. Termasuk ideologi kapitalisme menjamin kebebasan berganti-ganti agama (murtad) bahkan tidak beragama, atau menciptakan agama sendiri. Di negara-negara kapitalis seperti Amerika Serikat atau Jepang berdiri ratusan bahkan ribuan sekte agama. Pendirinya ada yang mengklaim sebagai tuhan atau nabi. Negara menjamin keberlangsungan sekte-sekte tersebut.

Kedua, moralitas adalah urusan privat. Di tanah air perzinaan atau samen laven/kohabitasi sudah dianggap lumrah, LGBT mulai digencarkan ke publik dan diberi perlindungan. Siapapun, termasuk negara, tidak boleh mengurus moralitas rakyat, termasuk dalam soal perzinaan. Di negara-negara Barat yang total dalam berkapitalisme bahkan perzinaan menjadi industri baik sebagai prostitusi atau pornografi.

Bak efek domino, hal ini menghancurkan pranata sosial. Banyak keluarga hancur akibat perselingkuhan. Banyak anak-anak muda terlibat perzinaan. Bertebaranlah bayi-bayi yang dilahirkan tanpa jelas orang tuanya, dibuang, atau bahkan dibunuh/aborsi ibunya. Bertambah pula penyebaran penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS.

Ketiga, terjadi ketimpangan sosial akibat penguasaan kekayaan negara oleh segelintir orang. Di Indonesia 1 persen orang superkaya menguasai 50 persen kekayaan nasional. Ada 60 keluarga crazy rich menguasai 50 persen lahan bersertifikat. Atau, 1 keluarga kuasai 1,8 juta hektar lahan.

Akibatnya terjadilah pemiskinan secara struktural. Sebab kapitalisme memberlakukan prinsip survival of the fittest. Rakyat dibiarkan bertarung hidup minim bantuan negara. Pemenuhan kesehatan, pendidikan, jaminan pekerjaan, dsb. banyak diserahkan pada urusan individu.

Keempat, oligarki semakin berkuasa. Melalui sistem politik demokrasi kekuatan kaum kapitalis atau pemilik modal/korporasi bisa menguasai parpol selanjutnya legislatif dari daerah hingga ke pusat, lalu eksekutif mulai daerah sampai pusat. Jadilah mereka kekuatan oligarki. Dengan kuasa yang nyaris absolut mereka bisa menyusun konstitusi lewat legislatif dan eksekutif.

Tahun lalu ICW menyampaikan hasil penelusuran cepat/ pendahuluan 580 anggota DPR sebagaimana tercantum dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1206 Tahun 2024. Salah satu hasil temuannya sekitar 61% anggota DPR merupakan politisi pebisnis. , Atau sedikitnya 354 individu dari total 580 anggota DPR periode 2024–2029 memiliki latar belakang atau afiliasi dengan sektor bisnis.

Kapitalisme berhasil memanipulasi publik bahwa rakyat berdaulat. Sebenarnya kedaulatan ada pada oligarki. Rakyat hanya dipakai di bilik suara setelah itu mereka tidak punya kedaulatan apapun. Malah banyak produk perundang-undangan yang dilegislasi isinya bertentangan dengan keinginan rakyat.

Kelima, kapitalisme mengubah orientasi hidup banyak orang menjadi materialis, memuja uang dan kuasa. Kebahagiaan menurut ideologi ini terletak pada kepuasan materi dan jasadi (hedonisme). Baik yang miskin apalagi yang kaya begitu memuja kekayaan. Flexing pun jadi kebanggaan.

Muncullah kerusakan moral lainnya; menghalalkan segala cara agar cepat kaya. Korupsi, gratifikasi, menjual diri, dsb. Bahkan orang-orang yang harusnya jadi panutan karena ilmu agama juga ikutan melacurkan diri. Kasus korupsi penyelenggaraan haji yang tembus Rp 5 triliun contoh nyata bagaimana pejabat dan orang-orang yang mengurus agama malah berjamaah lakukan korupsi.

Lalu mengapa ideologi kapitalisme tidak dianggap ancaman? Dianggap tidak berbahaya? Ini karena dalam kapitalisme praktek beragama masih dibiarkan hidup walau hanya ibadah dan moralitas belaka. Sehingga umat beragama, termasuk muslim, tertipu oleh ideologi ini.

Lalu mengapa bukan dianggap ancaman pada negara? Tentu saja mana ada negara kapitalis yang menganggap kapitalisme sebagai ancaman? Justru itu jalan hidup mereka. Malah mereka akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan ideologi dan menekan siapa saja yang dianggap mengancam ideologi kapitalisme.

Hanya orang-orang tajam pandangan dan pemikirannya yang melihat dan merasakan bahwa ideologi kapitalisme itu berbahaya dan menciptakan kerusakan pada umat manusia.

Kita tinggal mengingat firman Allah Swt:

وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا۟ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا ٱلْقَوْلُ فَدَمَّرْنَٰهَا تَدْمِيرًا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (TQS. Al-Isra: 16)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.