Melawan Islamphobia Sejak Dini

Belakangan kita menyaksikan fenomena memprihatinkan yakni maraknya islamphobia di tanah air. Mungkin sebagian muslim tanpa sadar mengidap sindrom Islamphobia lalu memunculkan rasa takut dan benci pada ajaran Islam. Sebagian dari mereka ada yang secara terang-terangan ataupun diam-diam membenci sebagian ajaran agamanya sendiri seperti bendera tauhid, jilbab, niqob, jenggot, celana cingkrang sampai mahkota kewajiban yaitu khilafah.

Sikap Islamphobia ini di tanah air bahkan sampai memunculkan sikap diskriminatif dan rasisme pada saudaranya sendiri. Sikap diskriminatif misalnya diperlihatkan dengan melarang karyawan pria berjenggot atau menyebut jenggot sebagai simbol ‘kebodohan’. Larangan niqob/cadar juga diberlakukan di sejumlah instansi, hingga ada kasus dosen muslimah bercadar yang memilih untuk mengundurkan diri dari tempatnya mengajar demi mempertahankan keyakinannya bercadar.

Sikap rasisme ditunjukkan dengan mengatakan syariat Islam itu mengandung unsur kearab-araban, sampai sering muncul pernyataan muslim yang ingin menegakkan syariat Islam sebaiknya pindah saja ke negeri Arab. Pernyataan seperti itu menunjukkan kebencian seorang muslim pada ajaran Islam dan sikap rasis pada bangsa Arab

Sebagai keluarga muslim, apa tindakan yang harus diambil untuk melindungi anak-anak dari arus Islamphobia? Mengingat tidak sedikit generasi milenial terpapar arus islamphobia, seperti sejumlah komika muda yang terang-terangan membuat lawakan yang menghina Islam, baik semata niat melucu ataupun sengaja menyerang Islam. Harus ada tindakan dari keluarga muslim untuk melawan arus islamphobia sejak dini, agar generasi muda muslim paham hakikat Islam dan dapat melawan balik arus islamphobia.

Pertama, kuatkan keimanan pada anak-anak dan kaum muda bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan diridloi Allah SWT., lalu buat mereka bangga berkeyakinan akidah Islam.

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (TQS. Ali Imran: 19).

Kedua, tanamkan keyakinan bahwa syariat Islam adalah rahmat bagai semesta alam, dan tidak ada satupun perintah atau larangan Allah yang merugikan atau merusak kehidupan manusia, baik dulu maupun sekarang.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (TQS. Al-Anbiya: 107).

Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah (TQS. Thaha: 2)

Ketiga, pahamkan pada mereka bahwa bila ada kebiasaan atau kebudayaan masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam, maka bukan ajaran Islam yang diubah tapi kebiasaan/kebudayaan itulah yang harus diganti dengan ajaran Islam. Terangkan bahwa para nabi dan rasul — termasuk Rasulullah SAW. —  diutus untuk berhadapan dengan kebiasaan/kebudayaan umatnya yang bertentangan dengan ajaran Islam, lalu kemudian mereka mengubahnya hingga menjadikan Islam sebagai satu-satunya aturan dalam kehidupan.

Keempat, pahamkan pada mereka bahwa Islam bukan budaya Arab dan bukan agama untuk bangsa Arab. Meski Nabi SAW. adalah bagian dari bangsa Arab dan al-Qur’an berbahasa Arab, namun Islam datang mengubah peradaban dan kebiasaan bangsa Arab. Budaya minuman keras, membunuh bayi perempuan, merendahkan kaum wanita, fanatisme suku dan kelompok, curang dalam perdagangan, riba, dan perzinaan, adalah sebagian kebudayaan dan kebiasaan bangsa Arab. Namun saat Nabi SAW. diutus membawa risalah Islam semua kebiasaan dan kebudayaan itu diganti total dengan ajaran Islam. Artinya jelas bahwa tak ada kaitan budaya dan kebiasaan bangsa Arab dengan ajaran Islam.

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (TQS. Al-Muthaffifin: 1-3)

Kelima, tumbuhkan pada anak-anak dan generasi muda kecintaan pada al-Qur’an, Nabi SAW., dan bahasa Arab. Semua kecintaan itu bukan memuja bangsa dan budaya Arab, namun karena perintah Allah SWT.

(Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa (TQS. Az-Zumar: 28).

Ajarkan pada generasi muda bahwa bahasa Arab adalah bahasa paling kaya di dunia. Kaum muslimin wajib menguasai bahasa Arab agar dapat memahami Kitabullah dan Sunnah Nabi SAW. Para ulama salaf pun telah bersepakat mengenai kewajiban mempelajari bahasa Arab.

Keenam, munculkan kebanggaan dan keberanian saat bertemu dengan opini islamphobia. Bekali anak dan remaja kemampuan untuk berdiskusi dan menjelaskan kesalahan islamphobia. Di antara kelemahan umat hari ini adalah sedikitnya keberanian mereka untuk meluruskan kebatilan islamphobia yang terus menerus dikampanyekan.

Ketujuh, lindungi anak-anak dari konten-konten islamphobia seperti film, buku bacaan dan diskusi-diskusi yang mendeskreditkan Islam, kecuali bila mereka telah siap untuk mengkajinya dan bisa menjelaskan kesalahan-kesalahannya.

Terakhir, ajarkan anak-anak dan remaja untuk tetap respek atau menghormati orang lain, termasuk berhubungan baik sekalipun dengan pihak nonmuslim. Sampaikan bahwa Nabi SAW. mencontohkan akhlak yang baik pada pamannya, Abu Thalib, yang bukan muslim juga pada sesama manusia meskipun berbeda agama. Meyakini Islam sebagai dien yang benar bukan berarti memusuhi apalagi mengancam orang lain, tapi justru menunjukkan akhlak mulia yang mengiringi ketegasan dan keteguhan dalam keyakinan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.